Manajemen Resiko Keuangan
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi
risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang
timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam
atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di
sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan
manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima
oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan,
teknologi,
manusia,
organisasi
dan politik.
Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia
bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
Dalam
perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat
diklasifikasi menjadi
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko
Terintegrasi Korporasi (Enterprise
Risk Management).
Manajemen Risiko
dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan
evaluasi.
Sejarah
Rekaman tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada Piagam Hammurabi (codex
Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi.[1]
Piagam tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang
untuk membeli kargo; namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau
hilang, ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman
pertama manajemen risiko, di mana perusahaan hanya melihat risiko non-entrepreneurial
(seperti misalnya keamanan).
Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman kedua manajemen risiko
di mana perusahaan-perusahaan asuransi mulai berusaha mendorong pengusaha
untuk benar-benar menjaga barang yang diasuransikan.[1]
Pada masa ini juga lahir konsep jaminan mutu (quality
assurance) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi standarnya.
Konsep ini dipopulerkan oleh British Standards Institution yang
meluncurkan standar kualitas BS 5750 pada tahun 1979.
Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk Office,
yang merupakan jabatan CRO pertama di dunia.[1]
Zaman ketiga
manajemen risiko dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya AS/NZS 4360:1995
oleh Standards Australia of the World's Risk management Standard.[1]
Pengertian Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena
kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan
atau merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan
ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (Risk).
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar
sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali? Misalnya membeli loterei. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar tetapi jika tidak
beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini juga
tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama
mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.
Kategori risiko
Risiko dapat
dikategorikan ke dalam dua bentuk :
- risiko spekulatif, dan
- risiko murni.
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko
bisnis(business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya
disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya
menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti
ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah
satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan
tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan
menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan
maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah
satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah
kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Tujuan Manajemen
Tujuan utama manjemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi
kerugian yang timbul dri perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit,
komoditas dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal
sebagi risiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam bebrapa bentuk. Meskioun focus
terhadap volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu
mempertimbangkan risiko lainnya. Risiko likuiditas timbul karena tidak semua
produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. Pasar yang
sangat tidak likuid ini misalnya seperti real estat dan saham dengan
kapitalisasi kecil. Diskontinuitas pasar mengacu kepada risiko bahwa pasar
tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap. Risiko kredit
merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak
dapat memenuhi kewajibannya. Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena
pihak otoritas public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan
tertentu. Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu
tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Risiko akuntansi adalah
peluang bahwa suatu transaksi lindunh nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian
dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
Peranan Akuntansi
Akuntansi manajemen memainkan peranan penting dalam proses risiko
manajemen. Meraka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar,
mengkuantifikasikan keseimbangan yang terkait dengan strategi respon risiko
alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko
tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas
program lindung nalai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi bergagai jenis
risiko market bepotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini
diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu
nilaisuatu perusahaan dan persaingnya. Istilah pemicu nilai mengacu kepada
kondisi keuangan pada pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang memepengaruhi
nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku
bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas.
Peramalan atas Peubahan Kurs
Informasi yang sering dugunakan dalam membuat permalan kurs (yaitu
depresiais mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam factor-faktor berikut
ini:
1. Perbedaan inflasi.
Bukti menunjukan bahwaa laju inflasi yang lebih tinggi
disuatu Negara, cenderung akakn diimbangi dala beberapa waktu dengan pergerakan
dengan nilai yang setara tetapi berlawanan dalam nilai mata uangnya. Kebijakan
moneter. Suatu peningkatan dalam pasokan uang suatu Negara yang melebihi laju
pertumbuhan riil hasil keluaran nasional mendorong timbulnya inflasi yang
mempengaruhi kurs.
2. Neraca perdagangan.
Pemerintah sering kali memanfaatkan devaluasi mata uang untuk
menyelesaikan neraca perdagangan yang tidak menguntungkan (yaitu apabila ekspor
< impor).
3. Neraca pembayaran.
Suatu nergara yang menghabiskan dan berinvestasi lebih banyak
diluar dari pada yang dihasilkan atau diterimanya dalam bentuk investasi luar
negeri akan mengalami tekanan penurunan nilai mata uangnya.
4. Cadangan moneter dan kapasitas
utang luar negeri. Suatu Negara yang mengalami defisit neraca pembayaran terus
menerus dapat mengantisipasi terjadinya devaluasi dengan menurunkan tabungan
ataumenurunkan kapasitas pinjaman luar negerinya.
5. Anggaran nasional.
Deficit yang disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang sangat
besar juga memperburuk inflasi.
6. Kurs forward.Suatu mata
uang asing yang dapat diperoleh untuk menyerahkan dimasa depan dengan tingkat
diskonto yang signifikan nenandakan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang
tersebut.
7. Kurs tidak resmi.
Peningkatan dalam selisih antara kurs resmi atau kurs
pasar gelap menunjukan tekanan yang makin meningkat terhadap pemerintah untuk
menyesuaikan kurs resminya denga kurs pasar yang lebih relistik.
8. Perilaku mata uang yang
terkait.
Mata uang suatu Negara umumnya bergerak dalam pola yang
sama dengan mata uang negara-negara yang memiliki ikatan ekonomi yang erat.
9. Perbedaan suku bunga.
Perbedaan suku bunga antara dua Negara menunjukan prediksi
perubahan dalam kurs spot pada masa mendatang.
10. Harga opsi ekuitas luar negeri. Karena
arbitrasi mengaitkan suatu harga ekuitas luar negeri di Negara asal dengan
nilai mata uang domestic menandakan perubahan dalam ekspektasi pasar terhadap
kurs valuta asing di masa depan.
Manajeman
Potensi Risko
Menyusun struktur permasalahan
perusahaan untuk meminimlkan pengaruh buruk kurs memerlukan informasi mengenai
potensi terhadap risiko valas yang dihsdapi. Potensi terhadap risiko valas
timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah niali aktiva bersih, laba dan
arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi
risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko: translasi dan
transaksi.
Potensi risiko translasi
mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang
domesyim atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh
perusahaan. Kelebihan antara aktiva terpapar risiko dengan kewajiabn terpapar
(yitu poe-poe dalam mta uang asinf yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini)
menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini sering kali
disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata auang asing relative terhadap
mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing
menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya perusahaan memiliki posiis
kewajiaban terpapar bersih atau poytensi risiko negative apabila kewajiban
melebihi aktiva terpapar.
Potensi risiko transaksi.
Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan karugian nilai tukae
valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang ber-denominasi dalam
mata uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian translasi, keuntungan
dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas.
Strategi perlindungan
Lindung nilai neraca. Lindung
nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan dengan
menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiaban
perusahaan yang terpapar. Lindung nilai operasioanal. Bentuk perlindungan
risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang menpengaruhi pendapatan dan
beban dalam mata uang asing. Melalui peningkatan harga jaul secara
proporsioanal terhadap perkiraan depresiasi mata uang ini akan membantu
perlindungan target margin kotor. Lindung nilai kontraktual. Berbagai
instrument lindung nilai kontraktual telah dikembangkan untuk memberikan
fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola lindung
nilai valuta asing yang dihadapi.
Kebanyakan instrument keuangan
ini adalah derivative, dan bukan merupakan instrument dasar. Instrument
keuangan dasar, seperti perjanjian pembelian kembali, obligasi, dan modal
saham, memenuhi definisi akuntansi konvensional untuk aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemilik.
Akuntansi untuk produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrument keuangan yang penggunaan untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara lain kontrak forwad, future, swap opsi, dan gabungan dari ketiganya. Tetapi tidak terbatas hanya pada keempat hal ini. Pengetehuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivative merupakan sesuatu yang penting ketika merancang suatu strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan. Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan forwad valuta asing apabila barang yang ditagih dalam mata uang asing itu dibeli atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forwad mengimbangi risiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi di anatara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.
Akuntansi untuk produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrument keuangan yang penggunaan untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara lain kontrak forwad, future, swap opsi, dan gabungan dari ketiganya. Tetapi tidak terbatas hanya pada keempat hal ini. Pengetehuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivative merupakan sesuatu yang penting ketika merancang suatu strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan. Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan forwad valuta asing apabila barang yang ditagih dalam mata uang asing itu dibeli atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forwad mengimbangi risiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi di anatara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.
Kontrak Forwad Valas
Kontrak forwad valuta merupakan
perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata uang tertentu yang di pertukarkan
dengan mata uang domestic, pada auatu tanggal di masa mendatang, berdasarkan
kurs tetap yang disebut sebagai kurs forwad. Perbedaan antara kurs forwad
dengan kurs spot berlaku pada tangga kontrak forwad menimbulkan adanya premium
(apabila kurs forwad > kurs spot) atau diskon (kurs forwad < kurs spot).
Future Keuangan
Future merupakan komitmen untuk
membeli atau menyerahkan sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu
di masa depan dengan harga yang sudah ditentukan. Atau dengan cara lain, future
juga digunakan untuk menyelesaikan tunai selain penyerahan, dan dapat
dibatalkan sebelum pengiriman dengan melakukan kontrak penyeimbang untuk
instrument keuangan yang sama. Berkebalikan dari kontrak forwad, perjanjian
future merupakan kontrak dalam bentuk standar, yang berisi provisi standar
terkait dengan ukuran dan tanggal pengiriman, dan diperdagangkan pada sebuah
bursa terorganisir, dinilai berdasarkan nilai pasar pada akhir tiap-tiap hari
dan harus memenuhi ketentuan margin periodic keuangan atas kontrak future ini
menimbulkan penambahan margin (margin call), sedangkan keuntungan menimbulkan
pembayaran tunai.
Opsi mata uang
Opsi mata uang memberikan hak
kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put) suatu mata uang dari pihak
penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi) tertentu pada atau sebelum
tanggal kadaluawarsa (eksekusi) yang telah ditentukan. Opsi mata uang juga
dapat digunakan untuk mengelola laba. Misalkan seorang pedagang opsi yakni
bahwa euro akan mengalami kenaikan nilai dalam jangka pendek. Ia akan membeli
suatu naked call. Seandainya nilai euro mengalami apresiasi pada tanggal
eksekusi, pembelian tadi akan mengeksekusi opsi dan akan memperoleh selisih
antara harga kini dan harga eksekusi dikurangi dengan premium call. Untuk
membatasi risiko penurunan nilai, pembeli dapat memperoleh bull call spread.
Swap Mata Uang
Swap mata uang mencakup
pertukaran saat ini dan di masa depan atas dua mata uang yang berbeda
berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya. Swap mata uang memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelum tidak
dapat diakses dengan biaya yang relative rendah. Swap ini juga memungkinkan
perusahaan unutk melakukan lindung niali terhadap risiko kurs yang timbul dari
kegiatan usaha internasional.
Perlakuan Akuntansi
FASB menerbitkan FAS No.133,
yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan
pendekatan tunggal yang konfeherensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif
dan lindung nilai. IFRS No.39 yang baru saja direvisi, bersisi panduan yang
untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi
derivatif keuangan. Meskipun kedua standar ini memiliki nada yang sama,
terhadap perbedaan diantara keduanya dalam hal banyaknya detail tuntunan
implementasi.
Lindung Nilai Investasi Bersih Dalam
Operasi Luar Negeri
sebuah perusahaan anak luar
negeri yang memiliki posisi aktiva bersih terpapar hendak dikonosolidasikan
dengan induk perusahaan, maka timbul kerugian transaksi jika nilai mata uang
asing mengalami penurunan relative terhadap mata uang induk perusahaan.
Kerugian translais juga terdiri jika anak perusahaan luar negeri memilki
memiliki posisi kewajiban bersih terpapar dan nilai mata uang asing meningkat
relative terhadap mata uang induk perusahaan. Salah satu cara untuk
meminimalkan kerugian relative ini adalah dengan membeli kontrak forwad.
Strategi ini berarti menggunakan keuntungan transaksi dari kontrak forwad untuk
mengimbangi krugian translasi.
Pengungkapan
Sebelum
dikeluarkannya standar seperti FAS 133 dan IAS 39, pengungkapan keuangan
perusahaan tidak memberi tahu kepada pembaca sejauhman manajemen telah
menggunakan kontrak derivative terhadap kinerja yang dilaporakan dan terhadap
karakteristik risiko suatu perusahaan merupakan hal yang sukar dilakukan.
Pengungkapan yang di wajibkan oleh FAS 133 dan IAS 39 sedikit banyak telah
menyelesaikan masalah ini. Pengungkapan itu antara lain:
·
Tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan transaksi linfung
nilai
·
Deskripsi pos-pos dilindung nilai
·
Identifikasi risiko pasar dan pos-pos yang dilindung nilai
·
Deskripsi mengenai instrument lindung nilai
·
Jumlah yang tidak dimasukan dalam penilaian efektivitas lindung nilai
·
Justifikasi awal (apriori) bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan
sangat efektif untuk meminimalkan risiko pasar
·
Penilaian berjalan mengenai efektifitas lindung nilai actual dari
seluruh derivatif yang digunakan selama periode berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar